Segelintir kebingungan yang melintas di hadapan
Sepenggal kisah kehidupan yang tak mampu dicernakan
Antara si mudah dan si susah dalam kehidupan
Antara si seret dan si lancar dalam pernapasan
Ku melambung tinggi di pegunungan yang jauh dari keramaian
Mendulang emas-emas permata menunggu polesan tangan
Tangan-tangan dingin yang penuh kecermatan
Penuh ketelitian dan ke hati-hatian
Sedikit sentak...akan terpatahkan
Sedikit gerak .....akan tergoyahkan
Sedikit hentak...akan merobohkan
Sedikit retak ....akan menghancurkan
Kuingin membuka mata walau tinggi di pucuk cemara
Kuingin membuka telinga walau jauh di balik andromeda
Kuingin membuka rasa walau tertatih-tatih menuntunnya
Kuingin mereka seperti yang laiinya di gemerlap kota
Jangankan proyektor untuk membuka mata
Selembar monitor pun aku tak punya
Kusudah mengharap seperti layaknya mereka
Namun sampai di ujung senja...tetap tak kunjung tiba
Apalah daya ...ini pun kujalani jua
Demi menggapai proyektor untuk mereka
Kumengais dari satu saku ke satu saku rekan kerja
Mengharap keikhlasan demi mencerdaskan anak didiknya
Rupiah demi rupiah terpungut dari mereka
Namun harga proyektor tak kunjung terjangkau nyata
Sampai tahun tambah tahun ku meminta dari sakunya
Barulah kudapat satu walau monitor bukan proyektor yang seharga
Tapi jauuuhh di bawah sana..
Mengapa mereka dapatkan sederet proyektor dengan mudahnya
Tanpa harus mengais dari saku-saku rekan kerja
Tanpa tertatih-tatih menunggu berkali mengais tanpa jera
Demi selembar laptop pengerja data
Kumenutup malu meminta dari satu orang tua ke satu orang tua
Di tengah jumlah siswa yang tak seberapa
Sampai dua tahunan lewat komite ku tetap meminta
Tapi...jauuuh di bawah sana
Mengapa begitu mudahnya bagi mereka
Dapatkan sederet laptop dari negara
Tanpa harus meminta minta pada orang tua padahal kaya
Segelintir kebingungan yang tak terjawabkan
Namun tersedia ribuan gelintir tanpa keputusasaan
Demi hak anak didiknya mencapai penglihatan dan pendengaran
Apapun selalu kuusahakan
Sepenggal kisah kehidupan yang tak mampu dicernakan
Antara si mudah dan si susah dalam kehidupan
Antara si seret dan si lancar dalam pernapasan
Ku melambung tinggi di pegunungan yang jauh dari keramaian
Mendulang emas-emas permata menunggu polesan tangan
Tangan-tangan dingin yang penuh kecermatan
Penuh ketelitian dan ke hati-hatian
Sedikit sentak...akan terpatahkan
Sedikit gerak .....akan tergoyahkan
Sedikit hentak...akan merobohkan
Sedikit retak ....akan menghancurkan
Kuingin membuka mata walau tinggi di pucuk cemara
Kuingin membuka telinga walau jauh di balik andromeda
Kuingin membuka rasa walau tertatih-tatih menuntunnya
Kuingin mereka seperti yang laiinya di gemerlap kota
Jangankan proyektor untuk membuka mata
Selembar monitor pun aku tak punya
Kusudah mengharap seperti layaknya mereka
Namun sampai di ujung senja...tetap tak kunjung tiba
Apalah daya ...ini pun kujalani jua
Demi menggapai proyektor untuk mereka
Kumengais dari satu saku ke satu saku rekan kerja
Mengharap keikhlasan demi mencerdaskan anak didiknya
Rupiah demi rupiah terpungut dari mereka
Namun harga proyektor tak kunjung terjangkau nyata
Sampai tahun tambah tahun ku meminta dari sakunya
Barulah kudapat satu walau monitor bukan proyektor yang seharga
Tapi jauuuhh di bawah sana..
Mengapa mereka dapatkan sederet proyektor dengan mudahnya
Tanpa harus mengais dari saku-saku rekan kerja
Tanpa tertatih-tatih menunggu berkali mengais tanpa jera
Demi selembar laptop pengerja data
Kumenutup malu meminta dari satu orang tua ke satu orang tua
Di tengah jumlah siswa yang tak seberapa
Sampai dua tahunan lewat komite ku tetap meminta
Tapi...jauuuh di bawah sana
Mengapa begitu mudahnya bagi mereka
Dapatkan sederet laptop dari negara
Tanpa harus meminta minta pada orang tua padahal kaya
Segelintir kebingungan yang tak terjawabkan
Namun tersedia ribuan gelintir tanpa keputusasaan
Demi hak anak didiknya mencapai penglihatan dan pendengaran
Apapun selalu kuusahakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar