Dering
tanda masuk sekolah terdengar dari kejauhan
Aku
mulai mengenalnya walau sedikit mengagetkan
Di
sinilah awal kupijakkan kaki dalam pengabdian
Menerapkan
ilmu yang baru saja kuselesaikan
Di
sini kukenal dirimu sebagai senior penuh keramahan
Di
sini kukenal dirimu sebagai senior sabar memberi bimbingan
Di
sini kukenal dirimu sebagai senior penuh perhatian
Perhatian
bak kakak dalam kekeluargaan
Kecerdasanmu
sungguh sangat dibanggakan
Keluhuran
budimu tiada tandingan
Kelembutan
sikapmu menuai sanjungan
Alunan
merdu ayat Al-Quran darimu sungguh mengagumkan
Tiada
hari tanpa kita bersama
Tiada
waktu tanpa berdua
Tiada
detik tanpa tawa canda
Dalam
membimbing anak didik kita
Juara
demi juara tlah diraih anak didik kita
Piala
demi piala diraih anak didik kita
Kebahagiaan
demi kebahagiaan dari anak didik kita
Kebanggaan
demi kebanggaan kita sebagai pembimbingnya
Sangka
berbeda nyata tak sama
Kedekatan
kita adalah rekan kerja
Namun
engkau ber-asa beda
Kau
layangkan syair kasih dalam berlembar kata
Syair
kasih darimu, menghentikan kedip mata
Syair
kasih darimu, menghentikan otak bekerja
Syair
kasih darimu, menghentikan detak seketika
Bukankah
kita hanya teman saja
Wahai
seniorku yang di sana
Kau
telah punya satu wanita
Bertahun
kau jalin kasih bersamanya
Bertahun
pula kau tunggu restu orang tua yang tak kunjung ada
Wahai
seniorku yang di sana
Kita
hanya teman dan hanya teman saja
Antara
kita kasih tak ada
Ingat
itu wahai seniorku yang di sana
Kutak
bisa menerima syair kasihmu dalam kata
Kutak
bisa menerima syair kasihmu walau selembar saja
Kutak
bisa menerima syair kasihmu sementara atau selamanya
Kuingin
kau bersama wanitamu yang di sana
Wahai
seniorku yang di sana
Ketika
syair kasih dalam kata tidak kuterima
Ketika
syair kasih dalam kata kutak membalasnya
Kemarahanmu
di luar sangka
Kelembutanmu
sirna seketika
Keramahanmu
jadi angkara murka
Keluhuran
budimu seakan musnah entah ke mana
Kau
bukan yang kukenal sebagaimana biasa
Wahai
seniorku yang di sana
Aku
pergi demi kau bersamanya
Aku
pergi demi dia wanita beda
Aku
pergi agar dia bahagia
Wahai
seniorku yang di sana
Setelah
setahun kita tak bersua
Setelah
akhirnya kau menikah dengannya
Hari
ini kita berjumpa, karna pengabdianku harus dilanjutkan juga
Namun
wahai seniorku yang di sana
Cerita
beda kau suguhkan di depan mata
Kau
terbaring dalam nafas tak ada longgarnya
Kau
terbaring berteman perlengkapan medis tanpa jeda
Melihatku,
kau tuturkan sakit yang kau rasa
Melihatku,
kau tuturkan sesak yang kau derita
Melihatku,
kau tuturkan sakit yang tiada kesembuhannya
Melihatku,
kau menangis tak mampu diseka
Wahai
seniorku yang di sana
Di
depanku kau minta aku sembuhkannya
Di
depanku kau minta aku mengobatinya
Di
depanku kau kata hanya aku yang bisa
Peristiwa
dan kata semakin tak kumengerti saja
Aku
bukan siapa siapa
Aku
tak bisa apa apa
Aku
tak tahu tentang obat dan sejenisnya
Lebih
dari itu semua
Bak
disambar petir di tengah raga
Wanitamu
menangis menghiba
Di
depan kita dia kata rela didua
Wahai
seniorku yang di sana
Aku
tak tahu apa yang sebenarnya
Aku
tak tahu mengapa ini bisa
Aku
tak tahu apa maksudnya
Wahai
seniorku yang di sana
Ketika
kutak mengerti mengapa
Ketika
kutak mengerti bagaimana
Ketika
kutak mengerti dan kutak mengerti semua
Tepat
tujuh hari setelah itu, KAU TIADA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar