Hari kiamat dikabarkan terjadi tanggal 21 Desember 2012, namun ternyata tidak terjadi. Buat orang Islam memang tidak percaya, karena tibanya hari kiamat hanya Allah Yang Maha Tahu.
. Manusia setelah mendengar kabar hari kiamat ternyata tidak terjadi tanggal 21 Desember 2012 sangatlah bijaksana untuk diri manusia sendiri seandainya berucap syukur masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini. Sehingga masih diberi kesempatan untuk memperbaiki sikap dan tingkah selama ini yang menyimpang dari perintah Allah SWT. Kesempatan ini hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya sehingga menatap ke bawah untuk melawan sombong, menatap ke depan untuk semangat mengisi hidup, mengingat perintah Allah SWT untuk melangkah pada kebajikan.
Dunia ini bukan milik kita, raga, anak-anak, dan harta benda hanyalah titipan semata yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di Yaumul Hisab. Manusia tidak punya hak apa-apa terhadap titipan. Manusia hanya mempunyai kewajiban untuk menjaga titipan Allah SWT. Manusia tidak mempunyai hak bahagia di atas rusaknya titipan Allah. Manusia tidak punya hak bahagia di atas kehancuran titipan Allah SWT.
Anak adalah titipan Allah SWT sehingga orang tua tidak mempunyai hak untuk bahagia di atas penderitaan dan kehancuran anak. Orang tua hanya mempunyai kewajiban menjaga anak agar tetap berada di jalan Allah SWT sampai ajal menjelang. Seorang istri menangis tersedu bahkan hatinya menjerit pilu ketika harus memilih jalan yang berbeda dan berlawanan. Jalan antara berpisah dengan suaminya yang selalu menyakiti lahir batin tanpa taubat, atau tetap bertahan bersama suaminya.
Jika bertahan bersama suami sudah pasti hati istri akan menderita. Akan tetapi hati anak-anak akan bahagia karena mempunyai orang tua yang utuh.
Jika berpisah dengan suaminya yang kasar dan menyakiti lahir batin, maka istri tersebut akan mendapat kebahagiaan karena terlepas dari penderitaan. Akan tetapi sang anak akan menderita, menjerit hatinya karena tidak mempunyai orang tua yang bersatu. Siapapun orangnya tidak akan pernah suka jika orang tuanya berpisah. Jika melihat anaknya menderita sudah pasti sang ibu akan ikut menderita.
Inilah buah simalakama yang mau tidak mau harus dimakan oleh seorang istri atau ibu tersebut. Manapun jalan yang dia pilih akan berujung pada penderitaan dirinya. Bertahan menderita, berbisah anak menderita dan ibupun ikut menderita melihat anaknya menderita.
Di tengah keheningan malam hatinya menjerit, memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Yang berkuasa terhadap kehidupan ini. Yang berkuasa melimpahkan kebahagiaan atau penderitaan, Yang Berkuasa menetapkan hati, jalan dan hari depan.
Di tengah-tengah jeritannya teringat diri, siapakah aku ini...aku adalah seorang hamba Allah. Seorang hamba yang telah dititipi anak. Bagaimana kalau aku titip barang kepada orang lain kemudian ternyata rusak ketika aku ambil?? Apakah yang dititipi punya hak untuk membuka, memakai, merusaknya????
Anak adalah titipan Allah, satu pertanyaan yang tidak bisa kujawab jika kelak Allah bertanya,"Apakah kamu punyak hak untuk bahagia di atas penderitaan titipan-Ku?"
Tangisnya pun terhenti, namun air mata bercucuran..deras dan semakin deras....
aku adalah seorang hamba, aku tak punya hak merusak dan menyakiti titipan Allah SWT, sang ibu memilih tetap bertahan bersama suami.
Hari ini dan seterusnya adalah kesempatan wahai engkau sang suami untuk memperbaiki diri mumpung tidak jadi kiamat. Jangan engkau teruskan tindakan yang melanggar agama, selamatkanlah hari akhiratmu.
. Manusia setelah mendengar kabar hari kiamat ternyata tidak terjadi tanggal 21 Desember 2012 sangatlah bijaksana untuk diri manusia sendiri seandainya berucap syukur masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini. Sehingga masih diberi kesempatan untuk memperbaiki sikap dan tingkah selama ini yang menyimpang dari perintah Allah SWT. Kesempatan ini hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya sehingga menatap ke bawah untuk melawan sombong, menatap ke depan untuk semangat mengisi hidup, mengingat perintah Allah SWT untuk melangkah pada kebajikan.
Dunia ini bukan milik kita, raga, anak-anak, dan harta benda hanyalah titipan semata yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di Yaumul Hisab. Manusia tidak punya hak apa-apa terhadap titipan. Manusia hanya mempunyai kewajiban untuk menjaga titipan Allah SWT. Manusia tidak mempunyai hak bahagia di atas rusaknya titipan Allah. Manusia tidak punya hak bahagia di atas kehancuran titipan Allah SWT.
Anak adalah titipan Allah SWT sehingga orang tua tidak mempunyai hak untuk bahagia di atas penderitaan dan kehancuran anak. Orang tua hanya mempunyai kewajiban menjaga anak agar tetap berada di jalan Allah SWT sampai ajal menjelang. Seorang istri menangis tersedu bahkan hatinya menjerit pilu ketika harus memilih jalan yang berbeda dan berlawanan. Jalan antara berpisah dengan suaminya yang selalu menyakiti lahir batin tanpa taubat, atau tetap bertahan bersama suaminya.
Jika bertahan bersama suami sudah pasti hati istri akan menderita. Akan tetapi hati anak-anak akan bahagia karena mempunyai orang tua yang utuh.
Jika berpisah dengan suaminya yang kasar dan menyakiti lahir batin, maka istri tersebut akan mendapat kebahagiaan karena terlepas dari penderitaan. Akan tetapi sang anak akan menderita, menjerit hatinya karena tidak mempunyai orang tua yang bersatu. Siapapun orangnya tidak akan pernah suka jika orang tuanya berpisah. Jika melihat anaknya menderita sudah pasti sang ibu akan ikut menderita.
Inilah buah simalakama yang mau tidak mau harus dimakan oleh seorang istri atau ibu tersebut. Manapun jalan yang dia pilih akan berujung pada penderitaan dirinya. Bertahan menderita, berbisah anak menderita dan ibupun ikut menderita melihat anaknya menderita.
Di tengah keheningan malam hatinya menjerit, memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Yang berkuasa terhadap kehidupan ini. Yang berkuasa melimpahkan kebahagiaan atau penderitaan, Yang Berkuasa menetapkan hati, jalan dan hari depan.
Di tengah-tengah jeritannya teringat diri, siapakah aku ini...aku adalah seorang hamba Allah. Seorang hamba yang telah dititipi anak. Bagaimana kalau aku titip barang kepada orang lain kemudian ternyata rusak ketika aku ambil?? Apakah yang dititipi punya hak untuk membuka, memakai, merusaknya????
Anak adalah titipan Allah, satu pertanyaan yang tidak bisa kujawab jika kelak Allah bertanya,"Apakah kamu punyak hak untuk bahagia di atas penderitaan titipan-Ku?"
Tangisnya pun terhenti, namun air mata bercucuran..deras dan semakin deras....
aku adalah seorang hamba, aku tak punya hak merusak dan menyakiti titipan Allah SWT, sang ibu memilih tetap bertahan bersama suami.
Hari ini dan seterusnya adalah kesempatan wahai engkau sang suami untuk memperbaiki diri mumpung tidak jadi kiamat. Jangan engkau teruskan tindakan yang melanggar agama, selamatkanlah hari akhiratmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar