KEBAHAGIAAN ADALAH DARI NURANI YANG IKHLAS MENJALANKAN TUGAS PENCIPTA DIRI DAN ALAM RAYA INI

Kamis, 31 Maret 2011

Peningkatan Mutu Pendidikan

      Peningkatan Mutu pendidikan diupayakan oleh berbagai pihak, yaitu Pemerintah, masyarakat, tenaga kependidikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan disediakannya sarana dan pra sarana untuk menunjang keberhasilan mutu pendidikan, juga ditingkatkannya kualifikasi pendidikan, misalnya bagi guru SD yang tadinya lulusa D2 ditingkatkan menjadi kualifikasi S1.
      Dalam upaya mencapai kualifikasi tersebut para guru baik yang sudah PNS maupun yang belum PNS menempuh pendidikan S1 melalui berbagai lembaga pendidikan. Bagi guru PNS ada yang menepuh pendidikan S1 melalui Univesitas Terbuka secara swadana. Pemerintah juga memberi penghargaan bagi pendidik yang telah melaksanakan tugasnya selama ini, penghargaan tersebut dengan diakuinya pelaksanaan tugas mereka dalam menempuh PPKHB.   Kegiatan yang meningkatkan profesional guru melalui KKG BERMUTU. KKG tersebut memberi kesempatan pagi pendidik untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbagai bidang. Seperti dalam KKG BERMUTU tahun pertama telah diprogramkan pengenalan ICT bagi peserta KKG. Dengan mengundang nara sumber yang berkompenten mereka berlatih memegang dan mengoperasikan komputer. Nampak betapa bahagianya guru peserta dalam berlatih mengoperasikan komputer. Al hasil, sebagian besar peserta merasa tertarik dan berupaya belajar lagi baik di rumah sendiri maupun belajar di SD tempat tugas masing-masing.
 
Praktik ICT bagi guru peserta KKG BERMUTU

    Dalam kegiatan KKG BERMUTU tersebut guru peserta dipandu untuk mampu melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan. Perbaikan pembelajaran tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya pada khususnya, dan di lingkungan sekolah pada lingkup yang lebih luas. Perbaikan pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas. 
       Penelitian Tindakan Kelas bagi sebagian guru merupakan hal yang asing dan belum mengenal sama sekali namun bagi sebagian guru lagi sudah mengenalnya. Bagi guru peserta yang belum mengenal, hal ini merupakan kesulitan tersendiri sehingga walaupun guru pemandu sudah menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti pun masih belum bisa dipahami. Guru peserta menjadi dapat memahami setelah mereka mempraktikkan penelitian tindakan kelas atas bimbingan guru pemandu.
       Guru peserta dalam KKG BERMUTU melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan sebagai berikut : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi. 
     Pengalaman yang baru tersebut menjadi modal semangat bagi guru untuk meningkatkan diri, meningkatkan kemampuan diri dalam membimbing dan membina siswa-siswinya.Dari pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran tersebut, guru semakin menyadari bahwa tingkat kemampuan siswa tidak sama, baik kemampuan dalam menerima pembelajaran maupun kemampuan mengaplikasikan pembelajaran yang telah diterimanya. Terkadang ada seorang siswa yang pada saat mengikuti pembelajaran dapat memahami pembelajaran tersebut, namun pada saat mendapat tugas tidak mampu mengerjakan.
    Langkah selanjutnya bagi guru setelah memperoleh pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK dalam KKG tersebut adalah:
  1. memotivasi guru untuk memahami, menghargai, keadaan siswa yang berbeda sehingga memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang. Kesempatan yang diberikan tersebut berupa bimbingan secara kelompok, ataupun bimbingan secara pribadi. 
  2. memfasilitasi siswa sehingga mempermudah siswa dalam memahami konsep. Fasilitas tersebut dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode yang tepat dan bervariasi. 
  3. memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memperoleh konsep. Pelaksanaan tersebut dengan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran.
    Pengalaman lain yang sangat berharga dari pelaksanaan KKG BERMUTU adalah terbukanya wawasan bahwa guru mengajar dalam kelas bukan di dalam WC. Selama ini ada sebagian guru yang dalam mengajar tidak mau dilihat orang (seperti keadaan di WC. di WC tidak mau dilihat orang). Sehingga kalau dilihat orang kata-kata yang tadinya lancar tiba-tiba sulit untuk keluar, berbagai rasa muncul termasuk keringat dingin pun keluar. Tetapi melalui KKG guru peserta dipandu untuk melaksanakan pembelajaran Open Class. Dimana seorang guru model mengajar diobservasi oleh banyak guru. Diokumentasi semua yang terjadi dalam pembelajaran terutama yang terjadi pada peserta didik. Hasil observasi tersebut dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya, sehingga ada peningkatan pembelajaran. Kesiapan menerima masukan, menerima kritikan demi peningkatan pembelajaran inilah yang harus dimiliki oleh seorang guru demi perbaikan pembelajaran dan demi peningkatan mutu pendidikan.
Pelaksanaan Open Class

  Selain pengalaman tersebut di atas, dieproleh juga pengalaman membuat Case Study. Case Study merupakan catatan pengalaman pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh seorang guru. Guru yang telah melaksanakan pembelajaran diberi kesempatan untuk mencatat semua kegiatan pembelajaran sejak awal membuka pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Catatan tersebut berisi keadaan nyata yang tidak perlu dibaik-baikkan, karena dari case study seorang guru mampu mengetahui letak kekurangan dan kelemahan diri dalam pelaksanaan pembelajaran. Kelemahan dan kekurangan tersebut untuk diperbaiki pada pembelajaran-pembelajaran selanjutnya.
    Hidup KKG BERMUTU, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada guru peserta dalam menimba ilmu dan pengalaman demi meningkatkan kemampuan diri.

Rabu, 30 Maret 2011

Belajar suku kata

      Kebahagiaan seorang guru adalah bila dapat membimbing siswa-siswinya mencapai tujuan pembelajaran. Siswa-siswi mampu memahami konsep pembelajaran yang diharapkan.
      Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru telah membuat rencana pembelajaran dengan baik, lengkap dengan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, metode pembelajaran yang dipilih, bahkan alat peraga yang akan digunakan dalam membimbing siswanya.
      Ada satu pengalaman yang berawal dari rasa penasaran, bagaimana cara membuat siswa-siswi kelas I SD mampu memahami suku kata, memahami kallimat, sampai dengan mampu membaca dengan baik.
     Karena didorong oleh rasa penasaran tersebut maka sebelum mengajar di kelas I SD saya merencanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya (menurut saya).
     Disamping membuat RP, saya juga menyiapkan alat peraga berupa kartu huruf yang saya cetak sendiri melalui komputer. Kartu huruf tersebut saya cetak di kertas berwarna agar menambah ketertarikan siswa. (Karena usia kelas I lebih tertarik dengan warna yang mencolok).    
     Dalam satu kantong plastik kartu huruf terdiri atas 2 set huruf konsonan dan 4 set huruf vokal. Masing-masing siswa memperoleh satu kantong plastik kartu huruf .
     Skenario Pembelajaran :
* Dalam apersepsi dimulai dari pertanyaan tentang buah-buahan, melalui gambar buah-buahan yang ditampilkan oleh guru di depan kelas. Perlu diingat, guru menampilkan gambar buah-buahan yang sudah dikenal siswa dan berhuruf awal "a". Mengapa berhuruf awal "a"? Karena huruf tersebut yang harus dikenal siswa lebih awal sebelum mengenal huruf yang lain.
*  Setelah siswa menyebutkan nama buah-buahan tersebut, langkah selanjutnya adalah meminta siswa secara klasikal untuk menyebutkan nama buah-buahan lain yang berhuruf awal "a". Bila dirasa kurang cukup maka secara klasikal siswa diminta menyebutkan nama hewan yang berhuruf awal "a".
*  Secara klasikal siswa diperkenalkan dengan huruf "a", dari bentuknya sampai cara mengucapkannya.
* Langkah selanjutnya, guru menampilkan gambar buah-buahan yang berhuruf awal "n". Kemudian seperti langkah sebelumnya, siswa menyebutkan buah-buahan lain yang berhuruf awal "n" bahkan kalau perlu siswa diminta untuk menyebutkan nama hewan yang berhuruf awal "n".
* Secara klasikal siswa diperkenalkan dengan huruf "n" dan diberi tugas untuk mengambil kartu huruf "n" dari kantong plastik yang dimilikinya.
* Dari dua kartu huruf tersebut, yaitu kartu huruf "a" dan kartu huruf "n" seorang guru dapat membimbing siswa untuk menyusunnya menjadi "na". Kemudian menjadi "na-na".
      Dalam pembelajaran ini seorang guru harus menggunakan suku kata, seorang guru tidak menyebutkan "na" dengan huruf masing-masing, tetapi diucapkan langsung dalam suku kata yaitu "na" bukan  ini "en" dan ini "a".
Demikian proses pembelajaran membaca di kelas I berlangsung, sampai siswa memahami beraneka suku kata, mampu mengucapkan dan menulisnya.

Bagaimana

sudah kelas lima
mengapa aku tak bisa
kadang guruku marah juga
karna menghitung pun aku lama

tapi engkau harus percaya
aku punya semangat dan
ingin tahuku ada
jangan kau bentak karna aku makin tak bisa

aku banyak memirsa, diolah kemampuan telinga
aku mengulang kata demi kata
sering aku tak tahu apa maknanya

beritahu aku

Pada hari ini aku hadir
pada hari ini aku berfikir
manalah mungkin engkau mangkir
dari adaku yang terfikir
apakah benar dunia lebar
apakah benar ilmu tersebar
bagaimana aku mengais mencakar
beritahu aku dengan sabar

tak bisa aku lari
biarkan aku merangkak mencari
tak bisa aku menelusuri
beritahu aku menapakkan kaki

aku hanyalah belum tahu
bukan aku bodoh dan dungu
aku bisa kalau kau tuntun langkahku
berucap, berkata, dan nyanyikan lagu