KEBAHAGIAAN ADALAH DARI NURANI YANG IKHLAS MENJALANKAN TUGAS PENCIPTA DIRI DAN ALAM RAYA INI

Sabtu, 17 Maret 2012

CASE STUDY : Akulah Sahabatmu

Saya adalah seorang guru yang telah bekerja selama 16 tahun. Selama menjadi guru, saya lebih sering mengajar di kelas tinggi. Hanya satu kali saya pernah mengajar di kelas I. Suatu hari, saya mendapat tugas untuk masuk ke kelas I dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak (karena masih ada SD lain yang jumlah siswanya lebih banyak) hanya 25 siswa. Dengan segala rencana dan perlengakapan yang sudah saya buat, saya memasuki kelas I. Ruang kelas yang standar ukuran kelas, dengan keadaan meja kursi yang tidak rapi dan keadaan siswa yang lebih tidak rapi lagi.

Hampir seluruh siswa tidak duduk di kursi melainkan berjalan-jalan, berlarian ke sana-ke mari bahkan ada yang naik meja. Astagfirullah......saya mengelus dada, mengapa bisa demikian ????? Ingin rasanya saya marah tetapi saya sadar bahwa ini kelas I bukan kelas V atau VI. Saya menurunkan rasa amarah dan berusaha menciptakan seulas senyum yang akan kulemparkan ke seluruh peserta didik.

Saya berjalan ke depan kelas menghadap siswa-siswi dengan seulas senyum bersahabat, karena saya ingin bersahabat dengan mereka. Usaha dan senyum saya hanya dapat meluruhkan sebagian kecil siswa saja, masih banyak siswa yang tidak peduli atas senyum saya dan atas kehadiran saya di depan kelas walaupun salam telah saya ucapkan, mereka menjawabnya dan kembali berlarian di dalam kelas.

Fikir saya bekerja keras, bagaimana caranya membuat mereka memperhatikan saya dan memperhatikan pelajaran yang akan saya sampaikan ???...Tiba-tiba ada ide yang mungkin bisa membantu. Saya mengajak bernyanyi kepada siswa yang telah duduk walau sebagian. Tanpa komando dan perintah saya langsung bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu,"Burung kakak tua"

Mendengar lagu tersebut mereka yang sedang berlarian tiba-tiba berhenti dan ikut bernyanyi sambil mencari tempat duduknya sendiri. Melihat hal itu saya lebih bersemangat untuk menyanyi bersama siswa, saya bernyanyi di depan kelas sambil menggerak-gerakkan badan, tindakan saya ini diikuti oleh seluruh siswa. Sambil bernyanyi mereka menari dengan tawa. 3 kali lagu tersebut saya nyanyikan, setelah dirasa cukup menguasai siswa maka saya memulai pelajaran.

"Baiklah anak-anak, ambil pensil dan buku milik anak-anak dan letakkan di atas meja." siswa menuruti perintah saya, mereka sibuk mengambil buku dan pensil sambil berceloteh.
"Pegang pensilnya dan angkat tinggi-tinggi," begitu perintah saya dan itu pun saya lakukan di depan kelas. Saya memperhatikan cara mereka memegang pensil. Siswa yang belum benar memegang pensil saya temui dan saya ajari cara memegang pensil yang benar. "Perhatikan tulisan bu di papan tulis, dan ikuti anak-anak menulis di buku masing-masing."

Seluruh siswa tenang menulis di buku tulis seperti di papan tulis yang memang saya sengaja menulisnya tiap suku kata. Satu suku kata yang saya buat diikuti oleh satu suku kata yang ditulis siswa di buku. "Sudah bu guru..!" Beberapa siswa berteriak.
"Baiklah, ..." sambil menunggu siswa yang lain selesai saya berkeliling kelas termasuk melihat tulisan siswa yang telah selesai tersebut. "Wah bagus.."
"Sudah bu guru, sudah bu guru.....!!" sepertinya seluruh siswa sudah selesai menulis, saya melanjutkan tulisan di papan tulis dengan suku kata berikutnya.

Demikian menulis per suku kata sampai selesai lima kalimat. Sebelum penilaian, untuk mengkondisikan siswa yang mulai ramai lagi tersebut saya menyanyikan lagu,"Burung Kakaktua" Siswa mengikuti lagu saya sambil menari.Keadaan tersebut saya manfaatkan untuk menunjuk tulisan di papan tulis yang tepat dengan lagu. Karena saya menggabungkan mata pelajaran menulis dengan lagu burung Kakaktua. Saya menulis syair lagu Burung Kakaktua.

Pelajaran berakhir, siswa dengan penuh ceria bernyanyi sambil belajar terkondisi dengan baik.
Guru harus KAYA metode dalam menghadapi segala situasi dan kondisi siswa. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: