KEBAHAGIAAN ADALAH DARI NURANI YANG IKHLAS MENJALANKAN TUGAS PENCIPTA DIRI DAN ALAM RAYA INI

Minggu, 28 Juli 2019

SENIORKU


Dering tanda masuk sekolah terdengar dari kejauhan
Aku mulai mengenalnya walau sedikit mengagetkan
Di sinilah awal kupijakkan kaki dalam pengabdian
Menerapkan ilmu yang baru saja kuselesaikan

Di sini kukenal dirimu sebagai senior penuh keramahan
Di sini kukenal dirimu sebagai senior sabar memberi bimbingan
Di sini kukenal dirimu sebagai senior penuh perhatian
Perhatian bak kakak dalam kekeluargaan

Kecerdasanmu sungguh sangat dibanggakan
Keluhuran budimu tiada tandingan
Kelembutan sikapmu menuai sanjungan
Alunan merdu ayat Al-Quran darimu sungguh mengagumkan

Tiada hari tanpa kita bersama
Tiada waktu tanpa berdua
Tiada detik tanpa tawa canda
Dalam membimbing anak didik kita

Juara demi juara tlah diraih anak didik kita
Piala demi piala diraih anak didik kita
Kebahagiaan demi kebahagiaan dari anak didik kita
Kebanggaan demi kebanggaan kita sebagai pembimbingnya

Sangka berbeda nyata tak sama
Kedekatan kita adalah rekan kerja
Namun engkau ber-asa beda
Kau layangkan syair kasih dalam berlembar kata

Syair kasih darimu, menghentikan kedip mata
Syair kasih darimu, menghentikan otak bekerja
Syair kasih darimu, menghentikan detak seketika
Bukankah kita hanya teman saja



Wahai seniorku yang di sana
Kau telah punya satu wanita
Bertahun kau jalin kasih bersamanya
Bertahun pula kau tunggu restu orang tua yang tak kunjung ada

Wahai seniorku yang di sana
Kita hanya teman dan hanya teman saja
Antara kita kasih tak ada
Ingat itu wahai seniorku yang di sana

Kutak bisa menerima syair kasihmu dalam kata
Kutak bisa menerima syair kasihmu walau selembar saja
Kutak bisa menerima syair kasihmu sementara atau selamanya
Kuingin kau bersama wanitamu yang di sana

Wahai seniorku yang di sana
Ketika syair kasih dalam kata tidak kuterima
Ketika syair kasih dalam kata kutak membalasnya
Kemarahanmu di luar sangka

Kelembutanmu sirna seketika
Keramahanmu jadi angkara murka
Keluhuran budimu seakan musnah entah ke mana
Kau bukan yang kukenal sebagaimana biasa

Wahai seniorku yang di sana
Aku pergi demi kau bersamanya
Aku pergi demi dia wanita beda
Aku pergi agar dia bahagia

Wahai seniorku yang di sana
Setelah setahun kita tak bersua
Setelah akhirnya kau menikah dengannya
Hari ini kita berjumpa, karna pengabdianku harus dilanjutkan juga

Namun wahai seniorku yang di sana
Cerita beda kau suguhkan di depan mata
Kau terbaring dalam nafas tak ada longgarnya
Kau terbaring berteman perlengkapan medis tanpa jeda
Melihatku, kau tuturkan sakit yang kau rasa
Melihatku, kau tuturkan sesak yang kau derita
Melihatku, kau tuturkan sakit yang tiada kesembuhannya
Melihatku, kau menangis tak mampu diseka

Wahai seniorku yang di sana
Di depanku kau minta aku sembuhkannya
Di depanku kau minta aku mengobatinya
Di depanku kau kata hanya aku yang bisa

Peristiwa dan kata semakin tak kumengerti saja
Aku bukan siapa siapa
Aku tak bisa apa apa
Aku tak tahu tentang obat dan sejenisnya

Lebih dari itu semua
Bak disambar petir di tengah raga
Wanitamu menangis menghiba
Di depan kita dia kata rela didua

Wahai seniorku yang di sana
Aku tak tahu apa yang sebenarnya
Aku tak tahu mengapa ini bisa
Aku tak tahu apa maksudnya

Wahai seniorku yang di sana
Ketika kutak mengerti mengapa
Ketika kutak mengerti bagaimana
Ketika kutak mengerti dan kutak mengerti semua

Tepat tujuh hari setelah itu, KAU TIADA

By Tin Musty, Ahad 28 Juli 2019

Tidak ada komentar: