KEBAHAGIAAN ADALAH DARI NURANI YANG IKHLAS MENJALANKAN TUGAS PENCIPTA DIRI DAN ALAM RAYA INI

Sabtu, 25 Juni 2011

Jangan Menyepelekan Perjuangan Guru

Keberhasilan suatu organisasi atau suatu SD dalam menempuh UN bukanlah keberhasilan satu atau dua orang guru, akan tetapi suksesnya suatu SD adalah berkat Tim. Ada tim sukses yang bekerja sama berusaha bersama dalam bidang masing-masing demi mencapai keberhasilan yang maksimal. Keberhasilan SD dalam menempuh UN tiap tahun bukanlah hasil kerja keras guru kelas VI semata. Seperti yang terjadi setiap tahunnya di sebuah SD. Dalam menyongsong UN atau dulu namanya UASBN, dibentuk tim sukses yang bertanggung jawab mengampu satu bidang studi yang di-UN-kan. Mapel yang di-UN-kan adalah matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia, maka ada 3 orang guru yang masing-masing mengampu satu bidang studi tersebut dan bertugas membuat langkah-langkah jitu agar siswa menguasai mapel tersebut sehingga lancar dalam menghadapi UN. Langkah yang dilakukan masing-masing guru adalah melaksanakan les pada sore hari. Guru pengampu matematika misalnya, melaksanakan les 3 hari dalam seminggu dengan materi matematika mulai matematika kelas IV sampai dengan materi matematika kelas VI. Demikian juga untuk guru pengampu bidang studi IPA dan Bahasa Indonesia. Masing-masing melaksanakan les 3 hari dalam satu minggu dengan materi dari kelas IV sampai dengan kelas VI.

Dalam menghadapi UN sekarang dipermudah lagi dengan adanya kisi-kisi UN yang diberikan sehingga dalam memberikan materi les mengacu pada kisi-kisi UN. Setelah pelaksanaan try out adalah cermin awal pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga kekurangan pada pembelajaran dapat dibaca dari hasil try out. Langkah selanjutnya adalah mengatur strategi lagi sehingga hasil try out lebih baik. Demikian juga dari try out satu ke try out selanjutnya selalu menjadi cermin untuk koreksi diri sehingga selalu dilakukan langkah perbaikan dalam pembelajaran masing-masing bidang studi.
Kalau  langkah tersebut sudah dilaksanakan dengan baik, maka pada pelaksanaan UN akan mencapai hasil yang maksimal.

Keberhasilan UN tidak hanya ditentukan oleh intensitas pelaksanaan LES tiap sore, akan tetapi langkah jitu penentuan materi les yang sesuai dengan UN itu juga sangat menentukan. Untuk menentukan langkah-langkah dalam pemberian les sangat didukung oleh pengalaman dari tahun ke tahun dari guru pengampu tersebut. Seorang yang telah berpengalaman dalam pembimbingan mapel untuk UN akan jauh lebih baik daripada guru yang belum berpengalaman dalam pembimbingan tersebut.

Sebuah SD yang biasa mendapat rangking 1 dalam UN, didatangi oleh seorang wali murid dan mempertanyakan mengapa hasil UN tahun ini merosot jauh?
Satu pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dijawab, karena jawabannya ada pada usulan wali murid tersebut. Sebelum UN wali murid tersebut memberi usulan kepada SD bahwa untuk guru X tidak boleh mengajar di kelas VI, dengan alasan yang tidak jelas. Padahal guru X adalah guru pengampu mapel yang sudah berpengalaman dalam membimbing siswa baik untuk lomba bidang studi, lomba olimpiade dan menghadapi UN. SD tidak mengindahkan usulan tersebut karena kalau guru X tidak mengajar di kelas VI mapel untuk UN maka tidak ada penggantinya dan UN akan hancur.
Akan tetapi di luar dugaan, ternyata guru X mendengar usulan tersebut, sehingga guru X mengundurkan diri dari membimbing kelas VI dalam menghadapi UN. Kepala sekolah berusaha memaksa guru X untuk tetap mengampu mapel untuk UN, usaha kepala sekolah tidak tanggung-tanggung, demi menjaga mutu dan keberhasilan SD maka beliau meminta bantuan ka UPT dan pengawas SD untuk menyadarkan guru X sehingga berkenan membimbing siswa kelas VI. Pengawas SD bahkan menelepon guru X dengan mengingatkan "Jangan mental (=mundur) karna kritikan".

Secara naluri sebagai seorang guru, guru X tidak tega membiarkan siswa-siswi kelas VI yang berpotensi tersebut tanpa bimbingan dalam menghadapi UN. Akan tetapi guru X juga manusia yang mempunyai perasaan. Rasa tersinggung atas larangan mengajar di kelas VI merupakan penghinaan, teramat meremehkan.
Perang antara naluri sebagai guru yang ingin bertanggung jawab dengan naluri sebagai manusia biasa tak dapat dihindarkan. Dan ternyata sifat manusianya lebih menang dari naluri seorang guru. Sehingga guru X memutuskan tetap tidak membimbing kelas VI. Al hasil demikianlah SD tersebut jauh merosot di UN tahun ini. Buat wali murid jangan menyepelekan kemampuan seorang guru, anda tidak tahu bagaimana banting tulang-nya seorang guru dalam memperjuangkan keberhasilan siswa-siswinya. Siswa-siswi SD (apalagi di desa) kebanyakan belum mempunyai kesadaran untuk belajar sendiri di rumah dalam menghadapi UN. Mereka perlu dibimbing dan dibina oleh guru, dijaga oleh guru agar tetap berdiri dengan pemahaman yang mantap tentang konsep pembelajaran yang telah dipelajari. Sedikit saja seorang guru lengah menjaga siswa-siswinya maka mereka pun lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Wahai engkau yang tidak tahu perjuangan seorang guru, hargailah guru-guru yang berkenan bertanggung jawab pada tugasnya, jangan dihinakan semaunya sendiri. Itulah akibatnya, tak perlu dipertanyakan lagi, bukankah itu usul anda ??????
Semoga tahun-tahun ke depan tidak ada wali murid yang tak menghargai jasa guru. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Tidak ada komentar: